Setelah sempat tertunda selama lima belas tahun, akhirnya album CHINESE DEMOCRACY dirilis juga meski hanya secara eksklusif lewat Best Buy. Lalu setelah mengendap selama itu di studio apa sebenarnya yang akan ditawarkan Axl Rose yang notabene tinggal satu-satunya personel awal Guns N Roses?
Secara umum, empat belas lagu yang dikemas dalam album ini terasa jauh berbeda dengan warna yang selama ini ditawarkan GNR. Kalaupun ada kesamaan sebenarnya album ini lebih mirip lagu November Rain atau Estraged karena Axl banyak memasukkan unsur orkestra dan bunyi denting piano seperti pada kedua lagu tersebut.
Melihat hasil akhir dari album berusia lebih dari sepuluh tahun ini, wajar saja jika Slash dan para personel lain memilih mengundurkan diri dari GNR. Konsep album ini sudah melenceng jauh dari titik awal tempat GNR didirikan. Malah bisa disebut album ini sebenarnya adalah solo album Axl Rose meski masih mengusung nama GNR.
Bila Anda melihatnya dari sisi kreativitas, maka bisa dibilang album ini adalah hasil eksperimen dari Axl yang jelas penuh dengan warna baru. Axl tak segan-segan memasukkan bunyi-bunyian synthesizer dan mellotron untuk mencapai hasil yang ia mau. Hasilnya memang membuat lagu-lagu dalam album ini terasa fresh, modern, megah sekaligus juga kehilangan taring.
Soal kehilangan taring, bisa disebut hampir semua lagu memang kehilangan power yang dulu identik dengan musik GNR. Di samping disebabkan karena bunyi-bunyian 'mesin' yang rata-rata dianggap 'haram' oleh para musisi rock karena menghilangkan 'roh' dari lagu itu sendiri, nada-nada hip-hop yang tercium keras di beberapa lagu juga turut menyumbangkan andil dalam menurunkan 'tegangan' lagu.
Untungnya, kesan lembek ini sedikit terangkat oleh raungan serak falsetto Axl ditambah dengan suara riff-riff gitar dengan distorsi tebal. Namun jangan berharap dapat mendengar solo gitar yang melodius kental berbau blues ala Slash karena ia tak lagi menyumbangkan suara gitarnya dalam album ini. Akhirnya yang tersisa hanyalah suara gitar dengan efek distorsi tebal dan nada-nada yang sebenarnya lebih terasa sebagai pamer teknik dan kecepatan saja.
Ada beberapa lagu dalam album ini yang sebenarnya cukup menarik, atau setidaknya punya paduan nada yang catchy dan dijamin bakalan jadi track favorit. Sebut saja lagu Chinese Democracy yang dibuka dengan riff gitar yang sepintas terdengar seperti riff lagu Rock You Like a Hurricane punya Scorpions atau track berjudul Better yang awalnya terdengar lebih mirip lagu R&B ketimbang lagu rock.
Pada lagu Madagascar yang sekilas terdengar seperti lagu Kashmir punya Led Zeppelin, Axl mencoba memasukkan sampel dari pidato Dr. Martin Luther King di tengah-tengah lagu sementara IRS dan Riad n' the Bedouins dikemas dalam aransemen yang sederhana sehingga lebih kental berbau hard rock.
Meski tak bisa dibilang album yang buruk, namun CHINESE DEMOCRACY ini tak bisa juga disebut sebuah album yang fenomenal dari sebuah grup rock besar seperti GNR. Bisa jadi mungkin karena sudah terlalu lama kita menunggu dirilisnya album ini sampai saat ia benar-benar dirilis, gregetnya sudah hilang.
Secara umum, empat belas lagu yang dikemas dalam album ini terasa jauh berbeda dengan warna yang selama ini ditawarkan GNR. Kalaupun ada kesamaan sebenarnya album ini lebih mirip lagu November Rain atau Estraged karena Axl banyak memasukkan unsur orkestra dan bunyi denting piano seperti pada kedua lagu tersebut.
Melihat hasil akhir dari album berusia lebih dari sepuluh tahun ini, wajar saja jika Slash dan para personel lain memilih mengundurkan diri dari GNR. Konsep album ini sudah melenceng jauh dari titik awal tempat GNR didirikan. Malah bisa disebut album ini sebenarnya adalah solo album Axl Rose meski masih mengusung nama GNR.
Bila Anda melihatnya dari sisi kreativitas, maka bisa dibilang album ini adalah hasil eksperimen dari Axl yang jelas penuh dengan warna baru. Axl tak segan-segan memasukkan bunyi-bunyian synthesizer dan mellotron untuk mencapai hasil yang ia mau. Hasilnya memang membuat lagu-lagu dalam album ini terasa fresh, modern, megah sekaligus juga kehilangan taring.
Soal kehilangan taring, bisa disebut hampir semua lagu memang kehilangan power yang dulu identik dengan musik GNR. Di samping disebabkan karena bunyi-bunyian 'mesin' yang rata-rata dianggap 'haram' oleh para musisi rock karena menghilangkan 'roh' dari lagu itu sendiri, nada-nada hip-hop yang tercium keras di beberapa lagu juga turut menyumbangkan andil dalam menurunkan 'tegangan' lagu.
Untungnya, kesan lembek ini sedikit terangkat oleh raungan serak falsetto Axl ditambah dengan suara riff-riff gitar dengan distorsi tebal. Namun jangan berharap dapat mendengar solo gitar yang melodius kental berbau blues ala Slash karena ia tak lagi menyumbangkan suara gitarnya dalam album ini. Akhirnya yang tersisa hanyalah suara gitar dengan efek distorsi tebal dan nada-nada yang sebenarnya lebih terasa sebagai pamer teknik dan kecepatan saja.
Ada beberapa lagu dalam album ini yang sebenarnya cukup menarik, atau setidaknya punya paduan nada yang catchy dan dijamin bakalan jadi track favorit. Sebut saja lagu Chinese Democracy yang dibuka dengan riff gitar yang sepintas terdengar seperti riff lagu Rock You Like a Hurricane punya Scorpions atau track berjudul Better yang awalnya terdengar lebih mirip lagu R&B ketimbang lagu rock.
Pada lagu Madagascar yang sekilas terdengar seperti lagu Kashmir punya Led Zeppelin, Axl mencoba memasukkan sampel dari pidato Dr. Martin Luther King di tengah-tengah lagu sementara IRS dan Riad n' the Bedouins dikemas dalam aransemen yang sederhana sehingga lebih kental berbau hard rock.
Meski tak bisa dibilang album yang buruk, namun CHINESE DEMOCRACY ini tak bisa juga disebut sebuah album yang fenomenal dari sebuah grup rock besar seperti GNR. Bisa jadi mungkin karena sudah terlalu lama kita menunggu dirilisnya album ini sampai saat ia benar-benar dirilis, gregetnya sudah hilang.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Atas Kunjungannya.