Melalui proses bermusik sejak 1999, Vision Eyes merilis album penuh kedua bergenre metalcore.
“Salah satu di antara band pengusung genre metalcore yang terbaik dan memiliki kualitas sebagai band metalcore terdepan di Indonesia,” begitu bunyi salah satu kalimat di dalam siaran pers peluncuran album terbaru Vision Eyes yang diterima Rolling Stone.
Sebuah pernyataan yang berani di tengah kerasnya kancah musik metal tanah air. Kalimat yang rentan kritik dari siapapun juga di dalam scene. Akan tetapi melihat kancah musik metal ibukota yang kini relatif sepi dari subgenre tersebut, dibandingkan dengan subgenre metal lain seperti death metal, misalnya, rasanya apresiasi patut diberikan kepada Vision Eyes atas keberanian menunjukkan perbedaan. Selain itu, eksistensi Vision Eyes sejak 1999 sampai sekarang telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah band yang sekadar mampir.
“Kalau melihat band-band yang seangkatan kami sekarang, udah jarang banget yang membawakan metalcore,” kata Herza Nugraha, vokalis Vision Eyes. “Kebanyakan death metal, deathcore. Karena mereka mengikuti perkembangan jaman. Oke lah, kami memang harus bergerak dengan jaman. Tapi kalau kami ikut berubah jadi deathcore, jadi nggak punya jati diri dong? Sekarang band-band yang main metalcore sudah pada mati, kami masih terus di sini.”
Hari Minggu (31/10) lalu, Vision Eyes melangsungkan pesta peluncuran album teranyar mereka, The Glorious Evolution, di bawah bendera Off The Records. Album tersebut merupakan album penuh kedua setelah Shattered Heaven yang rilis tahun 2008 silam. Di tahun 2003—empat tahun setelah terbentuknya—Vision Eyes pernah merilis sebuah EP bertajuk Tears Red Blood. Namun, di album EP itu, musik mereka belum terdengar seperti hari ini.
“Awalnya kami membawakan musik hardcore. Kayak Earth Crisis, Hatebreed, Morning Again… Tapi dari awalnya kami memang udah suka metal juga,” kenang Herza.
Seiring waktu dan pergantian personil yang lumayan sering, musik Vision Eyes pun mengalami perkembangan. Perubahan itu terdengar di album Shattered Heaven, ketika mereka mencoba bereksperimen dengan mencampurkan unsur-unsur death metal, thrash metal, nu metal dan hardcore. Dan dengan line-up yang sekarang—Herza (vokal), Rendy Frabowo dan Reza Budi Satria (gitar), Muhammad Bagoes Putranto (bass) dan Darwin Mulyawan Nasution (drum)—Vision Eyes merasa sudah mantap untuk menetap di genre metalcore.
“Untuk di album baru ini kita sudah ke arah metalcore. Kayak Killswitch Engage, All That Remains,” tambah Herza. “Setelah proses beberapa lama akhirnya kita merasa cocok di sini.”
Pesta peluncuran album The Glorious Evolution telah berlangsung di Bulungan Outdoor, Jakarta Selatan, atas prakarsa Stereo Loud Entertainment. Dengan didukung pula oleh penampilan band-band cadas papan atas ibu kota, seperti: Siksakubur, Noxa, Trauma dan Prosatanica. Rencananya tak lama lagi Vision Eyes akan melanjutkan tur promosi album terbaru mereka itu ke beberapa kota di Indonesia serta ke negeri jiran Singapura.
Music dan Fotografi untuk saat ini berkembang dengan pesat, tapi apakah semuanya berarti untuk bangsa ini....
Monday, December 13, 2010
Vision Eyes Mempertahankan Jati Diri
Send Messege and Comment in My. My eMail or free Settings Account Click or free Premium Premium for Free Member Rapidshare, megaupload, and more AW.Survey $6.00 Welcome Survey After Free Registration!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Atas Kunjungannya.